Selamat idul adha ya..bagi yang merayakan...jangan lupa makan dagingnya direm...jangan kebanyakan n bagi donnkkk....
Hari Kamis sore nih...aku mendapat telepon dari karyawan Panin Life, kurasa, yang kerjasama dengan Citibank...bla ..bla..bla..yang nawarin investasi n asuransi...hmmm...setelah diterangin akupun menyetujui...karena aku sedang mengalami masa krisis ekonomi, dan harus segera nabung..nabung..nabung...makanya punya kartu kredit yang bagus yach riwayatnya..biar kalo ditelp mbak2 dari operator KK, nggak deg - degan..(pengalaman gue banget...hiks..)
Eh pagi ini dapet artikel bagus mengenai gimana investasi di masa krisis ekonomi...yukk simakk..
KOMPAS.com — Perekonomian global ternyata lebih buruk daripada perkiraan semula. Obligasi terbitan pemerintah tidak memberikan hasil nyata, harga emas amat sangat mahal, dan pasar saham terus melemah.
Obligasi terbitan pemerintah tidak memberikan hasil nyata, harga emas amat sangat mahal, dan pasar saham terus melemah.
Bagi investor lain, menanamkan dana di pasar berkembang dengan imbal hasil besar atau tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Itu untuk jangka pendek. Untuk jangka yang lebih panjang, para investor masih menyukai saham yang kinerjanya melampaui obligasi.
Banyak juga investor yang berupaya menyatu dengan badai dengan berinvestasi pada obligasi korporasi yang bagus dan saham jika memiliki arus kas bagus. "Aset pada sektor swasta akan berkinerja lebih baik dibandingkan dengan aset pada sektor publik. Neraca perusahaan jauh lebih jelas dibandingkan dengan neraca negara," ujar Klaus Wiener, Kepala Riset Generali Investments di Cologne.
Banyak investor menyerbu obligasi perusahaan dengan peringkat baik, yang memberikan peringkat lebih tinggi daripada obligasi di negara mereka. Jumlah ini tampaknya akan bertambah jika peringkat Amerika Serikat benar-benar diturunkan. Hal itu mencerminkan, krisis surat utang pemerintah di AS dan Eropa telah mengubah kategori risiko di benak para investor.
Banyak obligasi berimbal hasil tinggi dari negara berkembang sekarang dipandang sebagai investasi yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan obligasi di zona euro. Bahkan, beberapa saham dinilai lebih aman daripada obligasi pemerintah.
Wiener mengatakan, perusahaan terkait sektor energi dan asuransi terlihat merupakan sektor yang memiliki arus kas stabil. Thomson Reuters StarMine memperlihatkan data asuransi gobal dengan rasio utang jangka panjang, dengan ekuitas sebesar 0,41. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan rasio pada sektor finansial yang sebesar 1,52.
Sanjay Joshi, Manajer Portofolio London & Capital Wealth Management menyatakan, menyukai instrumen investasi seperti obligasi korporasi dengan tingkat investasi bagus sebagai pengaman jangka pendek. Dia mencontohkan perusahaan Johnson and Johnson, Wal-Mart, and Tesco.
Aliran dana ke pasar berkembang yang sering dipandang sebelah mata sebagai investasi kini menjadi tempat persinggahan untuk mencari keamanan walaupun terkadang bergejolak juga. Keamanan fiskal di negara berkembang sudah jauh membaik saat ini dan telah menghasilkan buahnya.
Dua instrumen aman, obligasi pemerintah yang berkualitas tinggi dan uang tunai, akhirnya juga tidak dapat memenuhi keinginan investor untuk melindungi mereka dari penurunan ekonomi global dan berbagai krisis. Tingkat suku bunga rendah obligasi pemerintah dari negara maju, dikombinasikan dengan beberapa kasus dengan program pelonggaran kuantitatif dengan mencetak uang, membuat imbal hasil jika memenangi uang tunai tidak dapat diandalkan.
Surat berharga bertenor enam bulan atau lebih rendah dalam denominasi dollar AS, pound, dan yen hanya memberikan imbal hasil kurang dari 1 persen. Euro bahkan lebih rendah. Sementara untuk obligasi, kenaikan inflasi dan permintaan instrumen investasi aman selama berbagai krisis membuat obligasi pemerintah menghasilkan imbal hasil neto yang negatif. Maksudnya, pembelian obligasi saat ini tidak dapat menutupi kenaikan biaya hidup.
Sebagai contoh, obligasi Jerman yang merupakan obligasi paling top di Eropa memberikan imbal hasil 2,4 persen, sama dengan tingkat inflasi, sehingga imbal hasil riilnya nol. Ini pertama kali terjadi setidaknya sejak 1957. Imbal hasil obligasi AS dan Inggris bahkan sudah negatif. Hanya Jepang yang menawarkan imbal hasil positif karena tingkat inflasi Jepang nyaris tidak ada.
Walaupun demikian, investor masih mencari obligasi pemerintah. Sedikit merugi masih bisa diterima, setidaknya untuk saat ini. Emas saat ini juga menjadi incaran investor. Demikian pula Swiss franc yang mencapai rekor terhadap dollar AS dan euro. Kedua aset itu semakin populer dijadikan pengaman pada saat krisis.
Sumber :
REUTERS
Editor :
Marcus Suprihadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar