Hai sobat....ini artikel bagus banget buat keluarga kecil yang lagi hepi - hepinya punya bebi...kebutuhan si kecil untuk susu saja udah selangit...dan jangan harap kebutuhannya akan menurun lho....supaya masa depan keluarga senantiasa cerah...perlu menyiapkan dana untuk belajar dia lho...nggak zamannya lagi kelabakan dengan biaya pendidikan dan masa depan anak.
Salut banget buat mantan bosku ..dulu nih..waktu beliau masih pegawai rendahan, dia sudah memikirkan masa depan buat anak semata wayangnya yang ternyata...sekarang sudah lulus kuliah. Sejak SMP si anak pinter banget sampai selalu dapat beasiswa...begitu lulus kuliah...dia sudah mengantongi uang satu milyar untuk modal mengaplikasikan pengetahuannya...wuihhhh...apa nggak cerah tuh.
Yuk...kita simak ulasan lengkap artikel yang aku ambil dari kompas ini...
Dengan kenyataan bahwa rata-rata upah
minimum para pekerja di 33 provinsi di Indonesia hanya Rp 1,15 juta per
bulan, cukup susah bagi para kalangan menengah ke bawah untuk bisa
membiayai buah hati mereka dengan kemampuan finansial yang mereka miliki
tanpa perhitungan yang cermat. Dengan jumlah itu, setiap anggota
keluarga dari seorang pekerja dengan satu istri dan dua anak hanya akan
mendapatkan rata-rata Rp 290.000 untuk hidup selama sebulan. Angka ini
hanya sedikit di atas garis kemiskinan tahun 2011, yakni Rp 233.740 per
orang.
Islam menempatkan ilmu dan para pencari
ilmu dalam kedudukan yang sangat mulia. Islam mewajibkan para orangtua
untuk mendidik anaknya dengan baik. Orang yang berilmu diberi kedudukan
setingkat lebih tinggi dibanding yang lain.
“Allah meninggikan beberapa derajat
(tingkatan) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang
berilmu (diberi ilmu pengetahuan) dan ALLAH maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan” – Surat Al Mujadalah ayat 11.
Pendidikan adalah investasi, investasi
ilmu dan investasi masa depan, demikian nasehat orangtua saya. Namun
sudah menjadi rahasia umum jika pendidikan mahal harganya sehingga ia
dikatakan sebagai sebuah investasi.
Sebagai orangtua sekaligus mahasiswa yang
sedang menempuh studi pasca sarjana, saya merasakan betapa mahalnya
pendidikan, sehingga tanpa perencanaan yang matang sangat sulit untuk
mencapai pendidikan yang lebih tinggi, terutama di tingkat universitas.
Tak jarang, kehadiran beasiswa pendidikan dirasakan sangat membantu
untuk keluarga dengan kemampuan finansial yang pas-pasan dan sang anak
memiliki kelebihan dalam kecerdasan maupun prestasi
akademik/non-akademik.
Mahalnya pendidikan sudah merata pada
semua jenjang pendidikan. Tidak hanya pada Pendidikan Wajar Dikdas
(Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar) 9 tahun yang sebenarnya wajib
dibiayai oleh Pemerintah, bahkan untuk masuk PAUD dan TK saja beberapa
institusi sekolah sudah “menodong” jutaan rupiah. Belum lagi biaya untuk
masuk ke Perguruan Tinggi. Meskipun pendidikan tinggi belum tentu
menjamin masa depan seseorang, namun semua sepakat bahwa dengan bekal
pendidikan yang tinggi, seseorang diharapkan dapat mendapatkan kehidupan
dan penghidupan yang lebih baik.
Dari sebuah layanan perencanaan keuangan terkemuka di Indonesia, disebutkan bahwa:
- Rata-rata kisaran kenaikan biaya pendidikan di Indonesia secara umum adalah 20% – 40% per tahun.
- Biaya kuliah S1 (4 tahun kuliah) salah satu universitas negeri terkemuka di Indonesia adalah Rp 80 Juta. Dengan kenaikan 20% saja, 17 tahun lagi akan menjadi Rp 1,7 Miliar.
- Biaya kuliah S1 (4 tahun kuliah) salah satu universitas swasta terkemuka di Indonesia adalah Rp 250 Juta. Dengan kenaikan 20% saja, 17 tahun lagi akan menjadi Rp 5,5 Miliar.
Sebuah perjuangan dan pengorbanan untuk
bisa menyekolahkan buah hatinya ke jenjang pendidikan yang paling tinggi
bagi para kalangan menengah ke bawah dengan pendapatan yang pas-pasan.
Tentu kita semua tahu film dan novel
“Laskar Pelangi” yang sangat menyentuh hati dan menggambarkan kondisi
pendidikan di Indonesia di daerah pelosok. Sejumlah anak-anak yang
memiliki ambisi dan mimpi tinggi dihadapkan pada terjalnya realita bahwa
pendidikan hanya bisa dinikmati sejumlah warga yang mampu. Kita
pastinya tidak ingin anak-anak yang menjadi tumpuan orangtua dan negara
ini tidak bisa menikmati pendidikan yang layak, seperti tokoh Lintang
yang cerdas namun keadaan hidup memaksanya untuk mengutamakan kebutuhan
ekonomi dan mengabaikan pendidikan.
Dengan melihat kondisi mahalnya pendidikan formal, maka tak heran
jika angka partisipasi masyarakat di pendidikan formal setelah SD
berkurang sangat drastis seperti pada infografik berikut ini.
Untuk mempersiapkan rencana masa depan
pendidikan si buah hati, para pakar perencana keuangan menyarankan untuk
menabung sedini mungkin. Fungsi dari tabungan pendidikan adalah untuk
mempersiapkan dana pendidikan untuk si buah hati. Agar jika pada saatnya
nanti ia masuk sekolah atau kuliah, dananya sudah siap.
Cukup banyak layanan perbankan yang
menawarkan solusi dalam mengatasi kesulitan finansial di bidang
pendidikan. Dengan memanfaatkan layanan dan produk perbankan yang tepat,
harapan kita sebagai orangtua adalah dapat mencapai kebebasan finansial
sehingga keinginan untuk menyekolahkan anak agar mendapatkan ilmu yang
baik, berguna, dan menjamin masa depannya, serta dapat berkompetisi
dapat terlaksana dan terwujudkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar